Bocah 5 Tahun di Inggris Sudah Dapat Ponsel Pertamanya
Sebuah survei menemukan, 1 dari 10 anak-anak di Ingris mendapatkan ponsel pertamanya pada usia lima tahun. Setidaknya, menurut prediksi survei, ada lebih dari satu juta anak yang baru saja melewati masa balitanya dan masuk ke taman kanak-kanak yang telah memiliki ponsel. Demikian menurut survei yang dilakukan uSwitch.
“Anak-anak dipersenjatai dengan ponsel untuk keadaan darurat dan agar pikiran para orangtua tenang,. Smartphone saat ini semakin terjangkau. Dengan membayar biaya bulanan £ 7 (Rp 120 ribu) mereka sudah bisa mendapatkan ponsel (kontrak operator) gratis model entry-lebel atau £ 29,99 (Rp 500 ribu) untuk handset yang bebas kontrak,” kata pakar telekomunikasi di uSwitch, Ernest Doku, dilansir dari website uSwitch.
Kendati demikian, dari 1.420 orang tua di Inggris yang disurvei uSwitch menunjukan, sebagian besar anak-anak di Inggris yang diberikan ponsel pertama berada di usia 11 hingga 12 tahun atau saat mereka mulai masuk sekolah menengah pertama. Kebanyakan anak di usia itu mulai menggunakan aplikasi pesan seperti WhatsApp untuk berkomunikasi dengan pasangan “cinta monyet” mereka ataupun menghubungi orangtua bila terjadi keadaan darurat.
uSwitsh menjelaskan, rata-rata orang tua menghabiskan sekitar £ 125 (Rp 2,1 juta) untuk membelikan anaknya smartphone entry-level, seperti Samsung Galaxy Ace atau BlackBerry Curve 9320. Itu untuk sebagian besar anak yang berusia 11 hingga 12 tahun. Namun, ada sekitar 15 persen anak di bawah usia 16 tahun yang sudah memiliki smartphone high-end yang harganya di atas £ 245 (Rp 4,1 juta), seperti Nokia Lumia 900 dan Samsung Galaxy S3.
Selain itu, orangtua yang memiliki lebih dari dari satu anak cenderung menghabiskan dana 15 persen lebih banyak untuk anak sulung daripada anak keduanya hingga bungsu. Tagihan telponnya pun bisa mencapai £ 12 (Rp 200 ribu) per bulan dibanding anak kedua yang sekitar £ 11 (Rp 180 ribu) tiap bulannya. Sementara untuk keperluan mobile orangtuanya sendiri, menghabiskan sekitar £ 19 (Rp 320 ribu) per bulan tagihan telpon mobile.
uSwitch juga menunjukan, ada sekitar 42 persen atau empat dari sepuluh orang tua yang tidak memonitoring biaya telepon yang telah dipakai anaknya. Sementara 25 persen dari mereka, menjain kontrak dengan operator seluler agar anaknya hanya bisa menghubungi nomor ponsel orang tuanya saja. Selain itu, hanya tiga persen orangtua yang menonaktifkan fungsi internet ponsel anaknya sehingga hanya bisa digunakan untuk menelpon dan SMS saja.
Ernest Doku pun menyarankan kepada orangtua, agar menyuruh anaknya lebih menggunakan akses Wi-Fi ketika hendak berselancar internet daripada melalui jaringan 3G atau 4G yang disediakan operator. Sebab, orangtua bisa menghemat pengeluaran biaya internet pada ponsel anaknya dan juga, mengawasi buah hatinya itu agar tidak menyalahgunakan fungsi internet, seperti mengakses konten pornografi dan kekerasan.