Bos ZTE: Investasi 4G di Cina Mencapai Rp 200 Triliun

Saat ini, pemerintah Cina sudah mengeluarkan lisensi untuk pengadaan layanan mobile generasi keempat atau 4G di negaranya. Hal ini pun disambut positif oleh masyarakat Cina, dari berbagai operator seluler lokal, dan tak terkecuali bagi ZTE. Pemasok peralatan telekomunikasi terkemuka tersebut kini kian giat mengincar berbagai proyek pengadaan infrastruktur 4G di negeri tirai bambu tersebut.
Bagi ZTE, ini merupakan pasar dalam negeri yang begitu menjanjikan, mengingat nilai proyek 4G tersebut sangat lah fantastis. “Investasi jaringan 4G di Cina diperkirakan sekitar 100 miliar yuan (Sekitar Rp 200 triliun) pada 2014 dan 2015. Ini akan menjadi hal yang positif bagi pendapatan kami. ZTE sedang berada di posisi yang baik untuk mengambil keuntungan dari peluang pasar 4G di Cina,” ujar Presiden ZTE, Shi Lirong, dikutip dari Wall Street Journal.
Dalam proyek tersebut, ZTE nantinya akan menyediakan berbagai infratruktur penting bagi operator lokal, seperti base station, antena, hingga menyediakan smartphone yang mampu berjalan di jaringan 4G. Pihaknya berharap, layanan 4G Cina dapat membantu bisnisnya di bidang peralatan telekomunikasi dan perangkat mobile.
ZTE menambahkan, pihaknya akan mengerahkan lebih dari 5.000 teknisi ahli yang mengkhususkan diri dalam pengembangan teknologi 4G. Selain itu, ZTE akan mengoperasikan delapan unit pusat penelitian dan pengembangan yang tersebar di Cina, Amerika Serikat, dan Eropa dalam mengembangkan teknologi lanjutan dari 4G itu sendiri.
Saat ini, terdapat tiga operator lokal yang sudah memperoleh lisensi untuk menjalankan jaringan mobile 4G, yakni China Mobile, China Unicom, dan China Telecom. Tahun ini saja, ZTE sudah berhasil menggaet China Mobile yang berencana akan mengeluarkan dana investasi mencapai US$ 7 miliar (Rp 73 tiliun) guna membangun jaringan 4G. Lalu pada tahun depan, disusul China Telecom yang akan menghabiskan dana sekitar US$ 6,6 miliar.
Sementara itu, analis mengatakan, investasi jaringan 4G di Cina kemungkinan besar akan dilakukan secara bertahap. Jadi, tidak langsung menyeluruh bisa dikomersialisasi ke seluruh daratan Cina dan juga berbagai operatornya. Kondisi ini berbeda saat negara tersebut bermigrasi dari 2G ke 3G.
“Tampaknya hanya China Mobile yang akan mempercepat penyediaan jaringan 4G. Sementara para pesaingannya yang lebih kecil, China Unicom dan China Telecom kemungkinan akan lebih berhati-hati dalam hal investasi jaringan 4G, mengingat layanan jaringan 3G mereka saja masih belum dimanfaatkan secara maksimal,” kata analis Mizoho Securities Marvin Lo.