Pembayaran Mobile di Cina Mencapai Rp 1.500 Triliun

Penduduk Cina kian banyak yang menyukai praktik pembayaran melalui perangkat mobile dan pertumbuhannya pun cukup mengesankan. Selama 2013 ini, nilai transaksi pembayaran melalui perangkat mobile, diperkirakan akan melebihi 800 miliar yuan atau setara Rp 1.500 triliun. Angka itu lima kali lebih tinggi dibanding volume transaksi yang terjadi pada tahun lalu.
Demikian laporan bertajuk keamanan pembayaran online yang dirilis oleh sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Ba Shusung bekerja sama dengan Pusat Penelitian Pembangunan di Dewan Negara, dilansir dari kantor berita Xinhua. Peneliti tersebut mengatakan, pada 2012 lalu merupakan suatu pihakan yang disebut sebagai ‘era baru’ dalam pembayaran mobile. Sehingga, setelah masa itu, pertumbuhannya pun kian melesat signifikan.
Pada tahun ini, sepertiga transaksi melalui mobile dikuasai oleh Alipay, layanan pembayaran terbesar di Cina yang dikelola oleh raksasa e-commerce Alibaba. Terjadi lompatan pertumbuhan yang cukup tinggi, yakni sebesar 800 persen dibanding tahun sebelumnya. Selama event belanja ‘Double Eleven’ yang digelar pada 11 November lalu, transasksi melalui Alipay tumbuh hampir enam kali lipat dibanding tahun lalu menjadi 535 juta yuan (Rp 1 triliun).
Bukan hanya Alipay saja yang memang bisnis intinya bergerak dibidang pembayaran mobile. Namun, perusahaan internet lainnya pun di Cina juga kian berlomba untuk masuk ke ranah pasar ini, seperti WeChat dan Baidu. Layanan pesan instan paling populer di negeri tirai bambu tersebut telah menambahkan layanan pembayaran mobile pada Agustus lalu. Sementara Baidu, mesin pensari omor satu di Cina juga turut memperkenalkan layanan mobile payment sendiri, disebut Baidu Wallet SDK.
Pesatnya pertumbuhan transaksi melalui mobile ini juga didukung oleh jumlah pengguna ponsel dan internet kian banyak. Menurut data yang dikeluarkan Departemen Peindustrian dan Teknologi Informasi Ciba, per Oktober lalu, pengguna ponsel telah mencapai 1,22 miliar penduduk atau naik 100 juta orang dari tahun lalu. Di antara mereka, 67,19 persennya atau 817 juta merupakan pengguna internet mobile dan 34,5 persen telah menggunakan layanan 3G.