Perusahaan IT AS Bakal Kena “Snowden Effect” di Cina
Perusahaan IT asal Amerikat Serikat, seperti Qualcomm, IBM, dan Cisco tampaknya harus berpikir ulang bila ingin memfokuskan bisnis perangkat keras mereka di Cina, pasar ekonomi terbesar kedua dunia. Analis menyebut kondisi ini dan di negara lainnya sebagai “Snowden Effect”.

Ketiga raksasa itu kini sedang menyelesaikan masalah dugaan monopoli harga yang dituduhkan oleh Pemerintah Cina. Bukan hanya itu saja, mereka juga berupaya keras untuk mengembalikan lagi kepercayaan pemerintah maupun konsumen Cina. Itu terjadi di tengah adanya laporan Edward Snowden bahwa perusahaan teknologi AS telah berada dalam pengawasan pemerintah AS.
“Semua perusahaan IT asal AS sedang berada dalam konfisi ‘bertahan’ di Cina. Mereka semua dicurigai, baik sengaja maupun tanpa disadari, sedang berada dalam pengawasan pemerintah AS dan kegiatan intelejen,” kata Scott Kennedy, direktur Pusat Penelitian Politik dan Bisnis Cina di Indiana University, dilansir dari Reuters.
Hal senada juga diungkapkan oleh Daniel Castro, seorang analis senior dari Information Technology & Innovation Foundation (ITIF). Akibat ulah Badan Keamanan Nasional AS (NSA), kini perusahaan multinasionalnya sendiri tengah menghadapi kerugiaan penjualan hingga milyaran dolar.
Bahkan analis juga memprediksikan, untuk bisnis di layanan cloud-computing saja di suluruh dunia, perusahaan IT AS bakal menderita kerugian sebanyak US$ 35 miliar selama tiga tahun mendatang. “Perusahaan-perusahaan teknologi AS menghadapi risiko pendapatan paling serius di Cina dengan margin yang cukup melebar diikuti oleh Brasil, dan pasar negara berkembang lainnya,” ungkap analis dari Sanford C. Bernstein, Toni Sacconaghi.
Contoh yang paling nyata dari Snowden Effect ini dialami sendiri oleh IBM. Selama kuartal ketiga 2013 lalu, pendapatan hardware IBM di Cina telah mengalami penurunan sebanyak 40 persen. Padahal Desember lalu, IBM baru saja mengumumkan akan memperluas portofolio bisnis layanan cloud-enterprise mereka ke Cina sebagai bagian dari investasinya yang mencapai US$ 1,2 miliar. Pengumuman tersebut datang telah Amazon.com juga berencana meluncurkan layanan cloud computing sendiri di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Pada Jumat pekan lalu, Presiden AS Barrack Obama menyadari Snowden Effect tersebut. Akhirnya, Ia memutuskan untuk melakukan reformasi di tubuh NSA. Sayangnya, hal tersebut ditanggapi dingin oleh asosiasi industri komputer di AS dan tidak cukup berpengaruh bagi perusahaan teknologinya.
“Pidato presiden merupakan bentuk empati, keadilan, dan kebijaksanaan, namun itu tidak cukup memenuhi kebutuhan dunia nyata kita yang terhubung secara global dan kebebasan berinternet.” kata Ed Black, presiden di Computer & Communications Industry Association, kelompok industri IT di AS yang anggotanya termasuk Google, Microsoft, Facebook, Yahoo, dan perusahan IT AS lainnya yang menjadi target pengawasan NSA.