India Atasi Kecanduan Anak Pada Internet
Smartphone telah menjadi sahabat bagi Preeti, remaja berusia 14 tahun dari India. Ia lebih suka menyendiri dengan ponselnya ketimbang berkumpul dengan teman-teman seusianya, termasuk keluarganya sendiri. Khawatir dengan kondisi psikologisnya, orang tua Preeti lalu membawanya ke sebuah pusat rehabilitasi khusus anak. Ini merupakan segelintir kisah dari sekian banyak anak di India yang mengalami kondisi serupa Preeti, juga di negara lain di dunia.
Namun India punya cara tersendiri untuk mengatasi kecanduan anak dibawah umur terhadap internet dan perangkat teknologi. Negara. Pertama kalinya mereka mendirikan sebuah rehabilitasi anak bernama Pusat Anak bagi Masalah Internet dan Teknologi yang didirikan di New Delhi.
Pusat Anak bagi Masalah Internet dan Teknologi ini bertujuan mendorong anak-anak untuk beraktivitas dalam kegiatan indoor dan outdoor, seperti hopscotch, seven stones, membaca buku, berlatih yoga, mendengarkan cerita, dan sejumlah permainan tradisional lainnya di saat era internet belum populer.
“Idenya adalah untuk membiarkan mereka menemukan kembali kenikmatan dalam permainan tradisional dan interaksi fisik,” ujar Rahul Verma, pendiri Yayasan Uday yang juga mengelola pusat rehabilitasi anak tersebut, seperti dikutip dari Hindustan Times. “Kami mencoba membantu mereka membuat hubungan emosional di dunia nyata.”
Berbagai nama besar teknologi dibuat menjadi semacam anekdot lalu dijadikan hiasan dinding di tempat rehabilitasi tersebut guna mempengaruhi pola pikir anak, misalnya: “Kehidupan lebih mudah saat Apple dan Blackberry hanya buah-buahan” demikian sebuah tulisan yang terpampang di dinding rehabilitasi anak tersebut.
Di sana, anak-anak juga diarahkan tentang efek bahaya bagi mereka yang terlalu sering online selama berjam-jam melalui ponsel atau komputer tabletnya. Kenyataan, internet seolah menjadi pedang bermata dua bagi anak, di saat mereka masih mengalami masa perkembangan emosionalnya.
“Kami memiliki kasus di mana seorang anak begitu kecanduan game online dan membuat dia kehilangan minat terhadap studi, lalu gagal, dan akhirnya putus sekolah. Kecanduan internet jika tidak terobati, konsekuensinya adalah bencana,” kata Majo Kumar Sharma, seorang profesor dari Universitas Nimhans.