Intel Kembangkan Wearable untuk Parkinson
Intel menemukan target pasar yang tepat pada bisnis perangkat wearable mereka. Raksasa chip itu berencana mengaplikasi gadget wearable, seperti jam tangan pintar guna memantau konsisi kesehatan pasien Parkinson.

Intel mengatakan, mereka sedang bekerja sama dengan Michael J Fox Foundation sebuah yayasan bagi penderita Parkinson. Keduanya berkolaborasi melakukan sejumlah penelitian tentang penyakit neurodegenerative gangguan otak.
Parkison sendiri merupakan salah satu dari penyakit neurodegenerative terbesar kedua di dunia setelah Alzheimer. Saat ini diperkirakan, ada lebih dari lima juta orang di seluruh dunia didiagnosa menderita Parkinson. Beberapa gejala yang dialami penderita Parkinson ialah gemetaran akut dan melemahnya saraf-saraf yang berhubungan dengan otot. Beberapa tokoh ternama yang diketahui menderita penyakit ini, di antaranya mendiang Robin Williams, Paus Yohanes Paulus II, petinju Muhammad Ali, hingga Adolf Hitler.
Pihak yayasan beranggapan, di masa lalu dan mungkin sat ini, uji klinis terhadap penderita Parkinson masih terlalu ‘subjektif’. Misalnya, seorang pasien merasakan gemetaran selama beberapa menit. Namun pada kenyataannya, gemetaran yang dialami penderita berlangsung tiap hitungan detik. Sehingga nantinya, keberadaan gadget wearable tersebut dapat memberi pengukuran tingkat gejala “frekuensi dan keparahan” efektif yang dialami penderita.
“Dengan semakin banyaknya perangkat semacam ini menekan pasar, kita dapat mengumpulkan pengukuran yang obyektif dan menentukan terapi penyembuhan baru,” ujar Sohini Chowdhury, Wakil Presiden Michael J Fox Foundation, seperti dikutip dari Reuters.
Sementara itu, General Manager Big Data Solution Intel, Ron Kasabian mengatakan, analisis big data dan perangkat wearable di bidang kesehatan dapat meraih pangsa pasar yang sedang mengeliat saat ini. Pihaknya bakal mencoba, “mengeksplorasi bagaimana menarik data dari perangkat secara real-time. “Selain itu, kami juga bisa mengumpulkan data untuk meningkatkan penelitian dan lebih memahami perilaku dan perkembangan penyakit.”