Ikuti Video Tutorial YouTube, Ibu Ini Bangun Rumah
Saat ini, nampaknya hampir semua jenis konten bisa disaksikan melalui platform video YouTube. Mulai dari video lucu-lucuan semata, hingga video berguna seperti tutorial. Harus diakui bahwa terkadang video tutorial tersebut sangat membantu mereka untuk membuat atau membangun sesuatu dengan lebih mudah, karena dilengkapi langkah-langkah yang terlihat lebih nyata ketimbang sekedar membaca dari buku petunjuk.
Cara Brookins, seorang ibu dari empat anak, juga membangun sesuatu berdasarkan video yang ia saksikan di YouTube. Hanya saja, yang ia bangun bukan sekedar pekerjaan kecil atau masak-memasak, tetapi ia membangun rumah sendiri untuk keluarganya tersebut.
Cara Brookins dan keempat anaknya datang dari keluarga yang memiliki hubungan kekerasan rumah tangga atas suami pertamanya yang mengidap paranoid schizophrenia. Setelah bercerai, Cara menikah lagi dengan suami baru, tetapi sayangnya siatuasi tak kunjung membaik dikarenakan sang suami baru pun turut melakukan kekerasan rumah tangga.
Brookins sendiri berusaha untuk mencari sebuah tempat yang aman untuk dirinya serta anak-anaknya, dan idenya untuk membangun sebuah rumah sendiri datang ketika ia hendak membeli sebuah rumah yang sudah rusak tersebut, tetapi harganya di luar yang bisa ia beli.
“Saya telah menyewa kabin ini untuk liburan Thanksgiving, dan di dalam perjalanan kami melihat sebuah rumah yang telah rusak karena badai. Rumah itu seperti rumah impian, dan terletak di area yang lapang dan luas. Anda tidak sering mendapatkan kesempatan untuk melihat bagaimana interior dalam rumah bekerja, tetapi melihat semua kayu dan paku ini, nampaknya terlihat sederhana. Saya kira saya bisa memasangnya jika berusaha lebih. Mungkin saya bisa memulainya dari awal.”
Berdasarkannya, Brookins menonton beberapa video YouTube untuk melihat tahapan dari konstruksi rumah dan melihat mana yang cocok untuk bisa ia buat. Tentu saja, ia tak sendirian ketika membangun rumah tersebut karena para anak-anaknya juga turut mendukung serta membantu sang ibu dalam membangun rumah baru mereka tersebut.
“Ini menyakitkan. Ini bukan hal yang dapat kami lakukan dengan mudah dibandingkan dengan kemampuan fisik kami, tetapi anak-anak saya selalu bangun setiap hari dan datang ke sini. Saya bekerja seharian selama mereka di sekolah, dan terkadang kami bekerja hingga larut malam hanya dengan lampu senter kepala. Ini sangat intens. Tak ada yang beristirahat untuk menonton ke bioskop, berkencan, nongkrong atau sebagainya. Semuanya bekerja untuk tujuan yang sama.”
(sumber)