Salah Jawab, Chatbot AI Bard Rugikan Google 100 Miliar Dolar AS
Google baru-baru ini mengumumkan Bard yang ditujukan untuk jadi pesaing ChatGPT dari OpenAI. Namun, chatbot AI milik Google tersebut malah membuat rugi lebih dari 100 miliar dolar AS setelah salah memberikan jawaban dalam demo pertamanya.

Tepatnya setelah Microsoft menggelar acara live-demo dari Bing berbasis ChatGPT, Google memposting sebuah GIF di Twitter untuk menunjukkan kemampuan dari Bard, yang diumumkan sehari sebelumnya. Postingan tersebut menyoroti bagaimana Bard bisa menjawab pertanyaan dari sebuah topik yang kompleks.
Bard is an experimental conversational AI service, powered by LaMDA. Built using our large language models and drawing on information from the web, it’s a launchpad for curiosity and can help simplify complex topics → https://t.co/fSp531xKy3 pic.twitter.com/JecHXVmt8l
— Google (@Google) February 6, 2023
Bard diminta untuk menjelaskan penemuan dari James Webb Space Telescope (teleskop ruang angkasa) ke anak berusia 9 tahun. Sang AI memberikan rangkuman dengan dua jawaban benar, akan tetapi Bard membuat kesalahan fatal pada poin terakhir dengan mengklaim bahwa James Web Space Telescope jadi yang pertama mengambil gambar planet di luar tata surya kita.
Baca Juga: Cegah Teroris Sushi, Resto Ini Bakal Pasang Kamera dan AI • Jagat Review
Pada faktanya, Very Large Telescope dari European Southern Observatory yang pertama kali mengambil gambar dari planet di luar tata surya bumi pada 2004. Itu bahkan jauh sebelum James Webb Space Telescope tadi ditemukan yakni pada 2021.
Kesalahan tersebut mungkin hanya jadi bahan candaan dan meme di media sosial, tapi begitu kabar itu ramai, harga saham Alphabet – induk perusahaan Google – dilaporkan merosot hingga 8%. Persentase tersebut memiliki nilai valuasi pasar lebih dari 100 miliar dolar AS atau sekitar Rp1,5 triliun.
Perilisan Bard Dianggap Terburu-buru
Banyak yang meyakini bahwa Bard sebenarnya belum siap dirilis. Bahkan, dikabarkan para pegawai Google kesal bagaimana CEO mereka, Sundar Pichai, mendesak untuk segera merilisnya. Bagaimana tidak, Google sepertinya sangat khawatir dunia AI akan dikuasai oleh OpenAI jika mereka tidak cepat-cepat memberikan respon.
Terlepas dari kesalahan fatal yang merugikan Google hingga miliaran dolar AS tadi, sejatinya ChatGPT-pun juga sama saja terkadang memberi informasi yang tidak akurat, mengingat AI tersebut hanya mengambil informasi dari jagat internet untuk kemudian diolah. Pastinya, baik Google maupun OpenAI bakal terus meningkatkan teknologi AI mereka masing-masing seiring berjalannya waktu, termasuk soal verifikasi data yang digunakan.