NASA Gunakan 3D Printing Untuk Membuat Roket Mereka
Insinyur dari NASA telah berhasil membangun roket yang lebih ringan menggunakan teknologi 3D printing. Selain itu, komponen yang dihasilkan juga tidak mudah meleleh, sehingga cocok digunakan pada pesawat luar angkasa tersebut. Bahan yang digunakan juga merupakan varian baru dari aluminuim.
Bagaimana? Apakah kalian penasaran? Kalo begitu mari kita bahas ya!
Hasil Kerjasama Dengan Manufaktur 3D Printing
Badan antariksa ini berkerja sama dengan perusahaan manufaktur bernama Elementum 3D dalam membangun sebuah nozzle untuk mesin roket yang terbuat dari alumunium. Keuntungan dari penggunaan bahan aluminium ini adalah bobot yang lebih ringan, jika dibandingkan dengan logam lainnya.
Namun, kekurangan dari penggunaan bahan aluminium ini adalah, toleransi panas yang rendah dan rawan terjadi keretakan pada saat proses pengelasan. Sehingga NASA selalu mengesampingkan penggunaan aluminium sebagai bahan untuk pembuatan roket mereka.
Karena itulah, mereka memilih menggunakan 3D printing untuk membuat komponen pesawat mereka. Pembuatan komponen dengan percetakan tiga dimensi ini adalah bagian dari proyek Reactive Additive Manufacturing for the Fourth Industrial Revolution (RAMFIRE), yang di danai oleh Space Technology Mission Directory (STMD) milik NASA. Untuk bahan yang digunakan juga varian baru, yaitu A6061-RAM2 yang dikembangkan agar sesuai dengan teknik manufaktur yang sudah ada.
Selain itu, proses untuk membangun nozzle pada pesawat terbang ini, bukan hanya menggunakan bahan aluminium baru tersebut, melainkan bersama dengan bubuk khusus yang nantinya diproses menggunakan teknologi Laser Powder Directed Energy Deposition (LP-DED). Lalu, kunci untuk mengatasi permasalahan permasalahan panas dan keretakan pada saat proses pengelasan, adalah menggunakan saluran internal kecil yang terletak di dalam struktur nozzle, agar suhu tetap terjaga di bawah titik leleh dari logam.
Dari informasi yang kami dapatkan, Nozel RAMFIRE ini telah menyelesaikan beberapa pengetesan hot-fire dan berhasil melewati 22 percobaan. Lalu, pengetesan ini mencapai 10 menit runtime dibawah tekanan yang lebih dari 825 psi, yang mana hasil tersebut melebihi dari ekspektasi mereka.