Tren Pelajar di AS, Nge-Hack Sistem IT di Sekolah Sendiri
Di sejumlah sekolah dan kampus di Amerika Serikat, ada tren baru yang cukup bikin orang-orang menepuk jidat. Ya, para pelajar belakangan ini punya tren untuk “nge-hack” sistem IT sekolah mereka sendiri. Bukan karena dendam atau ingin mencuri nilai, tapi sekadar iseng, ikut tantangan teman, atau ingin “coba-coba” kemampuan.

Berawal dari Iseng, Data Bisa Bocor Kemana-mana
Awalnya terdengar seperti ulah kenakalan pelajar apalagi yang cukup antusias dengan teknologi. Tapi menurut laporan dari Information Commissioner’s Office (ICO), aksi iseng ini ternyata menyumbang sebagian besar pelanggaran data di lingkungan pendidikan. Dari 215 kasus yang diselidiki sejak 2022, lebih dari separuhnya dilakukan oleh anak-anak—bahkan ada yang baru berusia tujuh tahun.
Modusnya sederhana, yaitu para pelajar ini menebak kata sandi guru, mencuri data login, atau memakai alat peretas yang bisa diunduh bebas dari internet. Dalam satu kasus, tiga siswa kelas 11 berhasil membobol database sekolah dan mengakses data pribadi lebih dari 1.400 siswa. Ketika ditanya, mereka bilang cuma ingin menguji kemampuan mereka di bidang keamanan siber.
Baca Juga: Samsung Hadirkan Universal Gesture ke Line-Up Smart TV 2025 Mereka
Ada juga kasus di mana seorang siswa masuk ke sistem kampus menggunakan akun guru, lalu mengubah dan menghapus data pribadi milik lebih dari 9.000 orang—mulai dari nama, alamat, hingga catatan kesehatan dan log perlindungan siswa.
Meski niat awalnya cuma iseng, dampaknya bisa serius. Data sensitif bisa bocor, sistem terganggu, dan sekolah harus berurusan dengan hukum serta pemulihan sistem. ICO pun mengingatkan bahwa guru dan staf sekolah perlu lebih waspada terhadap ancaman dari dalam, bukan hanya dari luar.
Iseng boleh saja, tapi kalau sudah menyentuh sistem digital dan data pribadi, risikonya bukan main. Sekolah kini dituntut bukan hanya mengajarkan matematika dan sejarah, tapi juga etika digital dan tanggung jawab di dunia maya. Dan yang pasti juga harus mulai sadar dengan masalah keamanan digital di sistem yang mereka miliki. Omong-omong bagaimana dengan sekolah di Indonesia?