Pengemudi Mobil Elektrik Tidak Terpengaruh Badai Sandy
Pemain besar dalam industri otomotif, seperti Nissan, telah mengembangkan teknologi yang mampu mengubah peran mobil elektrik menjadi generator listrik cadangan. Teknologi tersebut menjadi solusi jitu di tengah hilangnya asupan listrik ke rumah akibat bencana alam. Namun, dalam kondisi seperti itu, bisakah mobil elektrik menjawab kebutuhan transportasi para pengguna?

NY Times menjawab pertanyaan di atas dengan mengambil contoh bencana badai Sandy di Amerika Serikat. Hingga saat ini, badai tersebut telah meninggalkan sejumlah daerah tanpa energi listrik dan persediaan bensin yang cukup. Beberapa SPBU di New Jersey ditutup, salah satu penyebabnya adalah pompa bensin yang tidak aktif akibat ketiadaan energi listrik. Para pengguna mobil konvensional pun terpaksa mengantri panjang untuk memperoleh bensin di daerah lain.
Ternyata hal serupa tidak menjadi masalah bagi pengguna mobil elektrik, seperti Tom Moloughney yang mengendarai BMW ActiveE. Kegiatan hariannya yang termasuk perjalanan sejauh 100 mil atau sekitar 160 kilometer tidak mengalami hambatan.
Tom telah menggunakan mobil elektrik sejak tahun 2009 dan membangun tiga outlet charger bertenaga 240V di restorannya. Dengan menggunakan outlet tersebut, Tom dapat meningkatkan jarak tempuh mobilnya sekitar 40 km setiap jam pengisian. Sebagai tambahan, Tom juga mengisi daya baterai mobilnya di rumah dengan outlet 110V yang ditenagai generator untuk menambah jarak tempuh sejauh 6 km setiap jam pengisian.
Selain Tom, warga Northern Westchester County Frank Streng juga merasakan keunggulan mobil elektrik di tengah krisis bahan bakar yang melanda setelah terpaan badai Sandy. Meskipun tidak memiliki generator di rumah, Frank masih dapat mengisi daya baterai mobil elektriknya di stasiun kereta dengan biaya USD10 untuk proses pengisian selama sehari penuh.
Apakah mobil elektrik merupakan kendaraan yang tepat dalam menghadapi krisis listrik dan bahan bakar akibat bencana? Jika hanya dibandingkan dari sisi antrian SPBU dan sepinya penggunaan stasiun pengisian daya baterai, tampaknya keuntungan tersebut akan berakhir ketika mobil elektrik semakin marak digunakan.