Google “Kudeta” JPEG

Apa yang dibilang Google hampir pasti akan diikuti oleh khalayak ramai. Jika suatu hari Google mengatakan bahwa bajak laut adalah entrepreneur yang baik misalhnya, maka bankir akan berbondong-bondong ke Somalia. Ya, eksistensi mereka di jagat maya sangat kuat sehingga apapun yang mereka katakan, khalayak ramai tidak akan menganggap remeh.
Kemarin, Google mengatakan bahwa mereka telah mengembangkan format gambar baru untuk menggantikan JPEG, PNG, dan GIF yang digunakan saat ini. Format gambar ini disebut WebP (baca: weppi) dan dapat mengurangi ukuran file sampai 75% lebih kecil!
Menurut Google, 65% bandwidth internet saat ini terpakai untuk mentransfer gambar dalam halaman web. Karena itu, kompresi gambar menggunakan WebP dapat mempercepat waktu loading (atau mengurangi load jaringan) sampai 25%. Mengingat biaya milyaran dollar yang dibutuhkan untuk meningkatkan bandwidth backbone antar-negara, maka dampak WebP sangat besar baik ke ISP maupun ke pengguna pribadi. Tentu saja, itu kalau Google berhasil membuat WebP sebagai standar baru.
Mei 2010 kemarin Google mengumumkan standar baru video yang disebut WebM. Sama seperti WebP, format baru ini menjanjikan ukuran lebih kecil tanpa penurunan kualitas, dan playback lebih halus dengan processing CPU yang lebih rendah. Goggle mengatakan bahwa WebM didukung penuh oleh situs video terbesar, Youtube, yang merupakan miliki Google. Karenanya, hardware yang mendukung WebM-pun tak lama bermunculan. Lalu, apa WebP bisa sesukses itu?
Perlu diingat bahwa masih banyak yang harus dilakukan Google jika WebP akan menjadi standar. Meskipun format ini adalah format open-source, namun Google tak akan sukses jika hanya menarik developer “gratisan”. Adobe, Corel, dan Apple, produsen terbesar software imaging, perlu mengintegrasikan WebP dalam aplikasi mereka. Begitu juga produsen-produsen kamera. Dan paling sulit mungkin membujuk Flickr, yang dimiliki rival Google, untuk mendukung format tersebut.
Tidak, sepertinya WebP tidak akan menjadi standar dalam waktu dekat ini mengingat banyaknya halangan tersebut. Namun, mengingat dampaknya yang besar, kami sangat berharap Google berhasil menerapkan standar tersebut. Dan mungkin hanya si raksasa Google yang dapat melakukan hal sulit ini.