Konsep Robot Pembunuh Akan Diperdebatkan di PBB
Film Terminator dan i-Robot bisa menjadi gambaran umum bahwa robot di masa depan nanti bisa menjadi mesin pembunuh yang cukup ampuh. Kini, kehadiran robot tersebut bukan lagi eksis di cerita sains fiksi saja. Belakangan, negara super power seperti Amerika Serikat dan Israel tengah mengembangkan hal yang “berbahaya” ini. Hal inilah yang kemudian menjadi masalah yang mesti dikaji serius oleh badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saat ini.

Konsep robot pembunuh ini rencananya akan dibahas dalam pertemuan sejumlah pakar PBB di Jenewa pada November mendatang. Pembicaraannya pun sudah masuk dalam tahap konvensi PBB tentang Senjata Konvensional Khusus (CCW). Ini artinya, PBB sudah menanggapi serius keberadaaan konsep robot pembunuh, sebelum nantinya benar-benar dipakai massal.
Robot pembunuh sendiri tak ubahnya seperti tentara militer dengan kemampuan tempur jauh lebih tinggi. Ia dilengkapi sejumlah senjata otomatis hingga bisa membawa bom dan rudal jarak pendek. Robot pun bisa mengunci targetnya secara otomatis tanpa intervensi manusia sedikitpun.
Seperti dikutip dari BBC, dua profesor ahli robot terkemuka, Ronald Arkin dan Noel Sharkey akan berdebat masalah ini terkait keberhasilan dan kebutuhan dari robot pembunuh itu sendiri. Umumnya, sebagian pakar berpandangan, keberadaan robot di dunia militer sendiri, diharapkan bisa meminimalisir jatuhnya korban tentara di medan perang dan mengefisiensikan anggaran militer.
“Saya mendukung moratorium (penundaan) sampai akhirnya dicapai. Namun, saya tidak mendukung pelarangan (keberadaan robot pembunuh) pada saat ini,” kata Arkin yang menambahkan, robot pembunuh kemungkinan lebih mampu mampu menangkap target yang jauh lebih sulit dari manusia biasa.
Meski demikian, tidak semua negara bisa mengembangkan teknologi ini, seperti halnya senjata nuklir. Negara yang memiliki robot pembunuh dipastikan akan jauh lebih superior bila sewaktu-waktu terlibat dalam keadaan perang antar negara. Tentu, tidak semua pihak menginginkan hal ini terjadi.
Di lain pihak, Sharkey memandang, keberadaan robot pembunuh ini akan menjadi ancaman bagi umat manusia. Terlebih, robot semacam itu memiliki fungsi membunuh secara otomatis. Bahkan, hukum pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) sekalipun pun jadi akan sulit diberlakukan, bila pelakunya adalah robot. Itu baru robot tempur di lapangan. Belum lagi, seandainya ada robot yang mampu membuat strategi di balik layar, layaknya jenderal atau komandan.
“Sistem senjata otomatis tidak bisa dijamin memenuhi hukum internasional. Sejumlah negara tidak berbicara satu sama lain tentang ini, sehingga memiliki ancaman besar bagi kemanusiaan.” ujar Sharkey yang juga pendiri salah satu kampanye penentang robot pembunuh.