Sony: Pengguna akan Lebih Selektif dalam Memilih Kualitas Audio

Bagi mereka yang mengaku sebagai penikmat audio, kualitas yang mumpuni menjadi syarat utama ketika ingin mendengarkan musik. Untuk memfasilitasi hal itu, banyak dari mereka yang tak segan mengeluarkan dana lebih untuk mendapatkan perangkat pemutar audio yang berkualitas.
Menurut salah satu produsen perangkat audio ternama di dunia, Sony, kedepannya permintaan akan kualitas audio yang lebih tinggi akan terus meningkat. Para pengguna akan lebih teredukasi terkait tipe file musik yang mereka dengarkan, lebih hati-hati dalam memilih file audio yang mereka simpan di perangkat mereka, dan yang paling penting, memilih kualitas dibanding kuantitas. “Tahun ini, kami melihat peningkatan ketertarikan akan High-Resolution Audio (HRA),” tulis Sony dalam sebuah artikel yang di-share ke tim JagatReview.
Menanggapi adanya permintaan pasar tersebut, Sony pun tak mau ketinggalan dan telah menghadirkan produk-produk andalannya, seperti Walkman NWZ-ZX1, UDA-1 USB DAC amplifier dan SS-HA3 high resolution-compatible bookshelf speaker. Ketiganya merupakan jajaran produk yang mendukung HRA. Lalu, seperti apa HRA itu?
Sekadar informasi, HRA menggunakan frekuensi dan bit yang lebih baik dari CD, yaitu sekitar 96kHz atau 192kHz di 24-bit. Format yang biasanya digunakan untuk HRA adalah FLAC dan ALAC. Dua format tersebut memungkinkan audio berukuran lebih kecil namun tetap pada kualitas yang tinggi. Ketika Anda mendengarkan HRA, perbedaan kualitas dengan format MP3 akan sangat terasa. HRA menawarkan detail dan tekstur suara yang lebih baik, serta menghadirkan audio playback yang lebih realistis.
Perlu diketahui bahwa sejatinya format audio dapat dibagi dalam tiga grup. Yang pertama adalah ‘uncompressed audio files’, yaitu data original yang tidak dikompresi sehingga kualitas tetap terjaga namun butuh ruang penyimpanan data yang besar. Beberapa format yang masuk dalam grup ini adalah WAV, AIFF, AU atau raw header-less PCM.
Grup kedua disebut ‘lossless compression’ yang menggunakan algoritma untuk encode data dengan cara tertentu sehingga bisa menghasilkan sebuah format dengan ukuran yang lebih kecil tanpa mengalami penurunan kualitas suara. Yang termasuk dalam grup ini antara lain Free Lossless Audio Codec (FLAC), Monkey’s Audio (APE), True Audio Lossless (TTA), Adaptive Transform Acoustic Coding (ATRAC), Apple Lossless Audio Codec (m4a), Windows Media Audio Lossless (WMA Lossless), dan masih banyak lagi.
Terakhir adalah grup ‘lossy compression’ yang mengorbankan kualitas demi menghasilkan ukuran file yang kecil, seperti MP3, Vorbis, Musepack, AAC, ATRAC, dan WMA lossy. Meski secara kualitas berada di bawah dua grup lainnya, format seperti MP3 memang terbukti masih menjadi salah satu yang paling populer. Bagaimana dengan Anda? Jenis file seperti apa yang biasa Anda gunakan untuk mendengarkan musik?