Dominasi NVIDIA di Industri AI Bisa Terhenti, Ini Penyebabnya!
Chey Tae-won, Ketua Korean Chamber of Commerce and Industry (KCCI) dan SK Group, menyebutkan bahwa dominasi NVIDIA di Industri AI bisa saja nantinya akan terhenti. Chey juga membandingkan lonjakan tren AI saat ini, dengan California Gold Rush di pertengahan 1800-an, di mana pembuat cangkul dan celana jeans makmur saat “demam emas” terjadi.
Saat nantinya emas sudah tidak tersedia, maka penjual cangkul dan celana jeans juga tidak lagi bisa menjual produk mereka seperti sebelumnya. Chey menyamakan fenomena ini dengan tren AI. Jika perusahaan-perusahaan pengembang AI tidak bisa menghasilkan uang dari layanan mereka, maka kemungkinan penyedia chip AI seperti NVIDIA akan kesulitan menjual produk mereka.

Saat ini, Nvidia menjadi perusahaan paling berharga di dunia berkat penjualan GPU Data Center mereka sejak tahun 2023 lalu.Namun, kemungkinan biaya pelatihan generasi berikutnya dari model AI bakal terus meningkat. CEO Anthropic, Dario Amodei mengatakan bahwa model AI yang saat ini dilatih menghabiskan biaya $1 miliar, dan model $100 miliar diharapkan hadir secepatnya pada tahun 2025.
Baca Juga: Microsoft: 8,5 Juta Perangkat Windows Terdampak BSOD Masal • Jagat Review
Masalahnya, investasi besar-besaran dalam AI ini masih dianggap penuh taruhan. Apakah akan menghasilkan keuntungan yang sepadan atau malah menjadi gelembung yang akan meledak. Jika bisnis tidak menemukan penggunaan yang menguntungkan untuk AI, ada kemungkinan lonjakan AI bisa berubah menjadi gelembung yang meledak, yang tentunya akan merugikan para pemain industri AI.
NVIDIA Masih Tetap Kokoh Kalau Tren AI Berhenti
Namun demikian, Chey Tae-Won menyebutkan meskipun dominasi di AI bisa terhenti, tapi NVIDIA tidak mungkin runtuh hanya karena skenario ini terjad. Karena perusahaan selalu bisa kembali mengandalkan industri game sebagai basis pelanggan utamanya. Ancaman nyata bagi Nvidia adalah pesaingnya, seperti AMD yang mulai menyusul dengan teknologi super sampling, dan Intel yang membuat kemajuan di pasar GPU dengan Intel Arc GPUs dan teknologi XeSS.
Ia menyebutkan bahwa jika AMD, Arm, dan pesaing Nvidia lainnya menjual chip berkualitas tinggi dengan harga lebih murah, ini bisa mengalahkan dominsi Nvidia di industri AI. Selama Nvidia memiliki produk yang memberikan performa tak tertandingi, individu dan institusi akan terus membeli produk mereka, tetapi pesaingnya juga terus berkembang.
Di samping itu, perusahaan AI seperti Microsoft, Amazon, Google, dan OpenAI yang berinvestasi dalam penelitian chip AI mereka sendiri, yang tentunya bakal jadi penghadang bagi Nvidia dalam akselerasi AI di masa depan.
















