Insidious: Sensasi Horor yang Menegangkan
Apa yang dicari dari sebuah film horor? Bagi saya, film horor adalah film yang memberikan efek tegang dan membuat saya ketakutan setengah mati sampai ingin keluar dari studio bioskop. Beberapa tahun lalu, saat film-film horor Indonesia masih terjaga kualitasnya, saya menikmati sensasi ketakutan itu. Walaupun saya selalu bersumpah tidak mau lagi menyaksikan film horor Indonesia sesaat setelah keluar dari studio, nyatanya beberapa bulan kemudian saya kembali duduk manis di studio dan kembali menanti-nanti sensasi tegang tersebut menyergap bulu roma saya.
Jadi, bagi saya, film horor itu adalah fiilm yang benar-benar menghadirkan hantu, setan, iblis, atau apa pun itu namanya. Film bergenre ini juga biasanya menyajikan sound effect yang menggetarkan bulu kuduk dan membuat penonton—khususnya para wanita—untuk menutupi mukanya dengan kardus popcorn atau bungkus snack lainnya.
Nah, sejujurnya, sensasi seperti itu jarang saya dapatkan jika menyaksikan film horor Hollywood. Bagi saya, hantu-hantu Hollywood terlalu apik sehingga sensasi mengerikannya kurang greget. Hipotesis saya tersebut sepertinya tidak sepenuhnya salah karena nyatanya Hollywood gemar mengadaptasi film-film asia untuk di-remake. Itu tandanya, Hollywood pun tidak “pede” dengan hantu-hantu ciptaan mereka.
Salah satu film horor Hollywood yang akan segera tayang di bioskop-bioskop Indonesia adalah Insidious. Film ini berkisah mengenai sebuah keluarga yang baru saja pindah ke sebuah rumah baru. Keluarga kecil tersebut terdiri dari Josh Lambert (Patrick Wilson), Renai Wilson (Rose Byrne), dan ketiga anak mereka. Setelah beberapa lama mendiami rumah tersebut, anggota keluarga tersebut satu persatu mengalami kejadian aneh. Renai mendengar suara gaduh di loteng. Suatu malam, Dalton (Ty Simpkins), anak sulung Renai dan Josh, berteriak histeris saat melihat bayangan misterius di kegelapan loteng. Keesokan paginya, Dalton ditemukan tidak bergerak di tempat tidurnya. Dalton mengalami koma, bahkan hingga tiga bulan kemudian.
Setelah kejadian komanya Dalton, serangkaian kejadian aneh tetap terjadi. Renai mendengar suara berbisik dari kamr bayi dan menemukan cap tangan darah di selimut Dalton. Renai dan Josh pun sepakat untuk pindah rumah. Apakah dengan pindah rumah, teror tersebut berhenti begitu saja? Bagaimana kelanjutan nasib Dalton? Apa yang membuatnya koma? Pertanyaan besarnya: APA yang menghantui keluarga tersebut? Silakan cari jawabannya dengan menyaksikan langsung film ini di bioskop favorit Anda!
Penuh Ketegangan Diawal
Film ini berhasil meningkatkan adrenalin dan membuat bulu roma saya tegak. Mengapa? Bukan karena hantu-hantunya, namun perasaan teror yang diciptakannya! Film yang membuat jantung berdebar kencang justru film-film yang tidak banyak mengumbar penampakan hantu, namun, memberikan “sentilan-sentilan” kecil dengan sound effect yang bombastis dan penampakan hantu yang sekilas namun wujudnya “mematikan”. Setelah film berjalan tiga perempat bagian, adrenalin saya menurun karena semua hantu berkumpul bersama, mengeroyok keluarga Lambert, yang membuat saya berpikir, “Yak, sangat Hollywood!”
Walau ketegangan menurun di beberapa saat sebelum film berakhir, secara keseluruhan saya tetap menyukai film ini. James Wan dan kru tampaknya memiliki taste yang cukup bagus dan menciptakan hantu khas Hollywood yang biasanya tidak mengerikan sama sekali. Untuk urusan wujud hantu, film ini bisa dikatakan lumayan. Not bad at all.
Film ini juga menyinggung tentang astral projection, yaitu kemampuan seseorang yang dapat melakukan out-of-body experience (OBE). Mungkin, tema inilah yang membuat film ini mendapatkan respon yang cukup positif di kalangan penonton di Amerika. Rotten Tomatoes menyatakan 66 persen kritik yang dilayangkan 149 reviewer bersifat positif dengan nilai rata-rata 6/10. Dilihat dari sisi pendapatan, film ini juga menuai kesuksesan. Dengan bujet “hanya” sebesar 1,5 juta dollar Amerika, film ini tentunya mendapatkan keuntungan berlipat dari pendapatan total 70 juta dollar Amerika.
Tanggal rilis:
1 April 2011 (USA)
Genre:
horor
Durasi:
100 menit
Sutradara:
James Wan
Pemain:
Patrick Wilson, Rose Byrne, Ty Simpkins, Barbara Hershey, Lin Shaye, Andrew Astor, Leigh Whannell
Studio:
Stage 6 Films