NostalGame: Brigadine – Legend of Forsena
Apa yang Saya Benci dari Brigadine – Legend of Forsena?
Unit Terkuat yang Tewas
Ini seperti mimpi buruk yang terlalu buruk untuk terjadi. Usaha untuk meningkatkan level unit tertentu dan menjadikannya sebagai monster kuat lewat berbagai evolusi harus berujung pada kesia-siaan karena sebuah langkah bodoh. Menghabiskan banyak waktu untuk sebuah kematian memang menyebalkan. Saya lebih memilih untuk melakukan load permainan dibandingkan membiarkan monster ini tewas tanpa bisa digunakan. You can call me cheater, tapi ini memang langkah terbaik.
Pos Kosong yang Direbut
Sebagai Jenderal yang mengandalkan strategi yang ofensif, tujuan utama saya sebenarnya sederhana, yakni menguasai post lawan yang terdekat. Untuk menjamin suksesnya misi invasi, saya seringkali mengandalkan all-out attack, yang berarti meminta unit-unit terdekat untuk bergabung dalam serangan. Hal ini sering berefek pada beberapa post yang terpaksa ditinggal kosong. Rencananya memang untuk meninggalkan post itu hanya untuk 1 turn, namun apa mau dikata, musuh langsung merebutnya tanpa perlawanan. Menyebalkan!
Distribusi Unit
Ini mungkin menjadi tantangan terberat di dalam Brigadine – Legend of Forsena. Dengan begitu banyak post yang harus direbut dan dipertahankan, distribusi unit menjadi elemen terpenting dalam permainan. Namun membentuk tim dan menentukan siapa yang menyerang dan bertahan bukanlah urusan yang mudah. Tidak jarang tim yang menyerang dan bertahan ternyata tidak efektif untuk menjalankan perannnya masing-masing. Di sinilah kemampuan Anda sebagai seorang Jenderal besar diuji. Ini adalah perang yang sesungguhnya.
Dikeroyok
Bukan perkara yang mudah untuk menakhukkan dan mempertahankan diri dari serangan satu negara, menguras waktu dan tenaga. Kini bayangkan jika entah karena alasan apa, negara-negara lawan secara serempak menyerang perbatasan Anda. Korban post sudah pasti akan terjadi dan merebutnya kembali pasti akan membutuhkan ekstra kerja. Setiap kali “persekongkolan” seperti ini terjadi, Anda hanya bisa menjerit dan memaki.
Sensasi Setelah Memainkannya Kembali

Luar biasa! Itu mungkin kesan pertama yang didapatkan setelah memainkan Brigadine kembali. Tidak hanya karena nuansa nostalgia yang dihadirkannya, namun karena gameplay nya yang masih menantang dan adiktif, bahkan hingga saat ini. Ketika Anda memainkan game seperti ini, kualitas grafis tidak menjadi elemen penting yang harus diperhatikan. Saya memilih mode Easy untuk kali ini mengingat sulitnya mode Normal ketika saya dulu memainkannya.
Distribusi unit, level up, evolusi, quest, dan equipment adalah elemen RPG yang membalut Brigadine dan sekaligus menjadikannya elemen yang menghadirkan adiksi. Sayangnya emulator yang saya gunakan harus berhenti di 5 atau 6 pertarungan awal karena file yang corrupt. Memang menyebalkan, namun cukup untuk menghadirkan suasana memorable yang diinginkan. 6 pertarungan awal saja sudah cukup membuktikan kualitas game ini yang sesungguhnya.
Ada satu hal yang selalu saya sayangkan ketika memainkan game nostalgic yang berkualitas, yakni ketidakmampuan developer dan publisher masa sekarang untuk menghadirkan pengalaman dan kualitas yang sama. Sangat sulit untuk menemukan game strategi sekompleks dan seadiktif Brigadine di masa sekarang. Pada akhirnya, bukan kualitas grafis yang akan membuat gamer memilih sebuah game, tetapi keseluruhan kualitas yang disandangnya.
Source beberapa gambar: Google