Penduduk AS Bakal Jarang Ganti Smartphone
Sebagian besar penduduk Amerika Sedang memasuki tren “pikir-pikir dahulu” ganti smartphone ke versi yang lebih baru. Kondisi ini berdampak buruk terhadap penjualan smartphone di sana, akhir-akhir ini.
Dalam laporannya, dilansir dari Wall Street Journal, UBS AG mengatakan, terjadi penurunan hingga sembilan persen menjadi 68 juta orang yang meng-upgrade smartphone-nya dibanding tahun lalu. UBS memprediksikan, kondisi ini akan terus berlanjut hingga pase berikutnya di tahun ini.
Menurut UBS, ada dua hal yang menyebabkan pengguna enggan meng-upgrade tipe smartphone-nya. Pertama, masih tersisanya paket bundling smartphone versi lama, seperti sms, telpon, dan internet gratis yang ditawarkan provider pada tahun lalu. Sehinggga, konsumen merasa rugi bila harus ganti smartphone baru. Lalu kedua, minimnya inovasi yang ditawarkan smartphone baru. Umumnya konsumen beranggapan, teknologi smartphone lamanya tidak jauh berbeda dengan yang baru.
Salah seorang pengguna asal Alabama, Amerika Serikat, Corner Green Huntsville (26) mengungkapkan, tidak akan meng-upgrade smartphone Samsung Galaxy S2 karena yang ia miliki sekarang sudah memenuhi kebutuhannya. Bila ia harus mengganti ke versi paling baru, misalnya Galaxy S4, tentunya bakal ada yang harga lebih mahal ketimbang S2-nya sekarang. “Ada siklus tiap empat atau lima tahun sekali (meng-upgrade Smartphone),” imbuhnya.
Perlambatan pertumbuhan smartphone baru di AS, turut membuat investor khawatir. Saham Apple di bursa terus turun hingga 19 persen sepanjang tahun ini. Begitupun juga dengan saham Samsung turun hampir 15 persen di tahun yang sama. Walaupun Samsung Galaxy S4 mencetak rekor dalam hal penjualan, akan tetapi hasil ini belum sekuat yang diharapkan investor.
Begitupun juga dengan berbagai provider telekomunikasi di AS yang merasa dilema akan perlambatan ini. Banyak dari mereka, seperti AT & T dan T-Mobile mensubsidi smartphone baru hingga US$ 400 per perangkat agar pengguna mau memperbarui handsetnya. Atau program lainnya dengan menukarkan smartphone lama dengan yang baru plus harga yang lebih murah.
Selain itu, kini tengah memasuki era perangkat wearable. Banyak pelanggan seolah jenuh dengan perangkat smartphone yang “itu-itu” saja dari tahun ke tahun. Mereka ingin ada rasa teknologi yang berbeda. Hal ini diakui oleh Chief Executive T-Mobile US, John Legere. “Saya mendengar bahwa produsen mengatakan telah mengeksplorasi segala macam jenis produk, tepat sebelum Apple meluncurkan iPhone. (Tapi kini) Generasi baru dari perangkat wearable akan memberi pengaruh terhadap industri (smartphone),” ungkat Legere.
Akankan hal serupa juga terjadi di negara kita?