EMC Paparkan Bahwa Perusahaan di Indonesia Mengalami Kerugian Bisnis Akibat Downtime
Pada Selasa (9/12), EMC Corporation memaparkan laporan survei EMC Global Data Protection Index, di mana dalam laporan tersebut menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan terhadap perusahaan menengah hingga besar di 24 negara mengenai keputusan TI. Dan 125 responden dari total 3.300 responden yang diteliti ini adalah dari Indonesia.

“Penelitian ini merupakan riset untuk mengetahui seberapa siap perusahaan dalam memahami, menghadapi sekaligus menanggulangi kasus yang dapat menyebabkan kehilangan data (data lost).” Jelas Adi Rusli, Country Manager EMC Indonesia. “Riset ini dilakukan bukan berdasarkan kasus data lost yang berasal dari pencurian data atau cyber crime, melainkan lebih ke arah kehilangan data yang disebabkan oleh human error hingga bencana alam. Riset ini dilakukan di 24 negara termasuk Indonesia, dengan melibatkan baik perusahaan swasta hingga perusahaan layanan publik.”
Dari hasil yang didapatkan untuk Indonesia, terdapat 70 persen perusahaan yang mengalami data lost dalam kurun waktu 12 bulan terakhir ketika riset dilakukan, dan data lost atau downtime tersebut terjadi lebih dari dua hari kerja kira-kira 19 jam selama 12 tahun terakhir tersebut. Akibatnya, perusahaan di Indonesia bisa kehilangan hingga US$ 16 juta karenanya. Namun ternyata 71 persen profesional TI di Indonesia menyatakan bahwa mereka belum siap atau kurang mampu untuk memperbaiki masalah downtime tersebut. Sementara itu, perusahaan yang menggunakan proteksi data lebih dari satu vendor rupanya mengalami downtime yang jauh lebih banyak atau sama banyaknya dengan perusahaan yang hanya menggunakan satu vendor. Sebanyak 30 persen dari total responden di Indonesia mengatakan bahwa perusahaannya kurang siap dan kurang memiliki perencanaan yang matang dalam menanggulangi masalah data lost terutama yang terkait big data, hybrid cloud, atau mobile services. Sementara itu, hanya sebanyak 7 persen perusahaan di Indonesia yang siap dan 11 persen mulai mengadopsi proteksi data untuk menghindari masalah downtime.
“Penyebab dari terjadinya data lost atau downtime ini bermacam-macam. Dari hasil temuan riset EMC Global Data Protection Index, 53 persen mengatakan bahwa penyebabnya adalah kesalahan dari hardware, sementara tertinggi kedua dan ketiganya adalah kehilangan tenaga dan kesalahan pada software yang digunakan.”
Konsekuensi dari data lost dan downtime ini, selain menyebabkan kerugian dalam berbisnis, juga dapat menyebabkan berbagai macam hal yang pastinya akan berdampak juga pada perusahaan. Sebanyak 47 persen responden global mengatakan bahwa produktivitas karyawan dan perusahaan jadi menurun, penurunan terhadap produk atau layanan yang bisa diberikan, dan pastinya akan berdampak kepada kerugian perusahaan.
Dari hasil riset ini, tidak berarti bahwa para perusahaan yang menjadi responden pun tidak memikirkan jalan keluar untuk bisa menghindari peristiwa tersebut. Para responden memiliki metode untuk menanggulangi hal tersebut dengan cara melakukan backup data di cloud sebagai strategi utamanya, baik secara backup-as-services, archive-as-services, atau data recovery-as-services.
EMC sendiri merekomendasikan bahwa perusahaan harus bisa menyiapkan diri serta mempersiapkan strategi penyimpanan sekaligus proteksi data untuk mencegah terjadinya downtime yang kemudian bisa merugikan bisnis, terutama di Indonesia yang tergolong masih belum siap jika dibandingkan dengan 23 negara lainnya.