Review Coocaa 55Y72: Google TV Terjangkau dan Peduli Kesehatan Kita
Pengalaman Menggunakan Coocaa 55Y72

Kami mencoba TV ini dengan memutar berbagai konten yang tersedia di platform streaming yang tersedia, seperti Disney+ Hotstar, Netflix, dan YouTube.

Untuk YouTube, streaming video hingga 4K 60 fps bisa dilakukan oleh TV ini. HDR? Tentu saja bisa! Terkait preset tampilan yang tersedia, Coocaa menyediakan beberapa preset, seperti Standard, Vivid, Sport, Movie, User, dan Energy Saving. Saat konten HDR diputar, preset yang ada masih sama, hanya ada keterangan “HDR10” yang menyertai nama preset. Tentunya, preset-preset tersebut bisa dipilih sesuai dengan konten yang tengah diputar atau ya sesuai dengan yang kita inginkan. Bila dibutuhkan, kita juga bisa mengatur beberapa parameter dari preset yang tersedia sehingga lebih pas lagi dengan selera kita.

Selama mencoba TV ini, seringkali preset secara otomatis diubah ke Energy Saving. Bisa jadi ini bagian dari fitur pendukung kesehatan yang disediakan Coocaa, karena seharusnya di preset ini tampilan TV tidak terlalu terang, yang mungkin bisa membuat mata jadi cepat lelah. Namun, berdasarkan pengamatan kami, hampir tidak ada perbedaan berarti antara preset ini dengan preset lain seperti Vivid dan Standard dari sisi brightness layar. Ya, mungkin karena brightness maksimalnya memang hanya 250 nit, jadi tidak terasa bedanya.
Beralih ke Netflix & Disney+ Hotstar. Di kedua platform tersebut, kami bisa memutar konten sampai 4K UHD. Dolby Vision? Sayangnya tidak didukung oleh TV ini, tapi HDR biasa masih tersedia dan bisa dijalankan dengan baik di TV ini. HDR juga bisa digunakan untuk input melalui HDMI. Buka cuma dari aplikasi di Google TV saja.

Bila dibutuhkan, FILMMAKER MODE juga tersedia di TV ini. Mode ini memungkinkan TV untuk menampilkan konten film dengan tampilan yang dianggap sesuai dengan apa yang diinginkan kreatornya di Hollywood. Namun, mode ini bukan tersedia sebagai preset Picture Mode. Kita harus mengaktifkannya lewat setting yang ada di dalam menu pengaturan di dalam Picture Mode.
Tampilan menu pengaturan di TV ini sebagian besar menggunakan bawaan dari Google TV. Jadi untuk pengaturan picture, sound, dan beberapa hal lain, akan tampil sebagai overlay di area kiri layar. Jadi, saat kita melakukan pengubahan setting tampilan, kita bisa melihat efeknya langsung di tampilan konten. Sementara, bila kita membuka menu pengaturan utama, tampilan menu akan menutup penuh satu layar. Menu utama akan tampil di area kiri, sementara preview sub-menu ada di sisi kanan.
Coocaa juga menyertakan satu menu custom, yang disebut sebagai Daily Shortcuts. Ini tampil sebagai overlay di area kiri, dan utamanya bisa digunakan untuk memilih input tampilan TV. Ada beberapa menu ekstra yang tersedia Daily Shortcuts ini. Salah satu yang mungkin berguna adalah Sleep Timer.
Bagaimana kualitas tampilannya?
Secara umum, kami merasa kualitas tampilan yang ditawarkan Coocaa 55Y72 ini relatif baik di kelasnya. Color gamut-nya, saat kami coba dengan colorimeter memiliki coverage kisaran 88% sRGB dengan volume di 102% sRGB. Masih cukup baik.
Terkait HDR, secara keseluruhan, karena brightness layar yang memang rendah, konten tidak terlihat tampil super cemerlang, walaupun bila mempertimbangkan harga TV ini, tampilan yang ditawarkan terbilang baik. Sementara untuk black level, masih terbilang mencukupi. Bukan yang sangat dalam, tapi warna gelap masih tidak terlihat washed out sampai mengganggu tampilan keseluruhan konten.
Untuk upscaler, terbilang cukup baik. Konten 720p bisa ditampilkan relatif baik, sementara untuk konten 480p, gambar yang dihasilkan terbilang mencukupi. Selama kita tidak melihat ke TV dari jarak terlalu dekat, upscaler yang tersedia bisa dikatakan menjalankan tugasnya dengan baik. View angle TV ini terbilang cukup luas. Kami tidak merasakan pergeseran warna saat melihat ke layar dari arah samping. Ya, ini sesuai dengan apa yang bisa diharapkan dari panel sekelas IPS.
Bagaimana dengan fitur lain? TV ini memang belum menawarkan fitur seperti motion smoothing dan fitur pendukung gaming seperti VRR dan ALLM. Namun, mengingat harganya, hal tersebut bisa dimaklumi.
Audio? Speaker dari TV ini bisa dikatakan standar, mencukupi dari sisi kualitas suara maupun volume suara. Kita tentu saja tidak bisa menghadapkan audio yang menggelegar saat menikmati film. Namun, setidaknya dialog dan backsound di beberapa film yang kami coba masih terdengar mencukupi. Kalau untuk nonton VLOG, live Vtuber, atau video review seperti yang kami bawakan ini, masih terbilang baik. Sementara untuk musik, memang kita tidak bisa mengharapkan kedalaman suara yang tinggi, tapi secara umum masih sesuai dengan apa yang bisa diharapkan dari TV di kelas harganya.
Terkait fitur audio, ada DTS Studio Sound. Ini bisa diaktifkan untuk menambah kedalaman suara yang dihasilkan oleh TV ini. Saat kami coba aktifkan, efek dentuman ala bass terasa sedikit lebih “keluar”, tapi suara secara keseluruhan terasa kurang stabil volume-nya, khususnya saat suara yang terbilang ramai, seperti musik, tengah diputar di TV.

Saat mencoba menghubungkan TV ini ke komputer, TV ini langsung dikenali sebagai layar 4K 60 Hz. Ya, TV ini mendukung pengenalan HDMI secara otomatis. Jadi, kalau perangkat input sudah menggunakan port HDMI 2.0 atau HDMI 2.1, kita bisa menggunakan 4K 60 Hz tanpa kompresi. HDR dari komputer juga bisa digunakan dengan baik di resolusi 4K 60 Hz, tentunya selama port di perangkat input sudah HDMI 2.0 atau HDMI 2.1 ya.
Kalau digunakan untuk bermain game dari komputer, TV ini mencukupi, khususnya untuk game AAA dan game non-kompetitif. Layar ukuran relatif besar tentu bisa menghadirkan pengalaman bermain game yang lebih imersif untuk game AAA.

Untuk console game, layarnya sudah 4K 60 Hz, jadi ya cocok disandingkan bahkan hingga untuk console game generasi baru. Kami coba memainkan game dengan PlayStation 4 Pro, terasa nyaman juga. Tidak terasa ada input lag yang mengganggu kenikmatan memainkan game di TV ini.
Konsumsi Daya
Saat menggunakan mode Vivid dan Standard, konsumsi daya akan ada di kisaran 110 – 120 Watt untuk konten non-HDR dan sekitar 115 – 125 Watt untuk HDR. Sementara saat Energy Saving digunakan, konsumsi daya bisa turun ke sekitar 95 – 115 Watt.

Kami coba menelusuri setting yang tersedia, dan ternyata penurunan konsumsi daya tersebut lebih dipengaruhi oleh satu setting saja, Dynamic Backlight. Saat kami mengaktifkan opsi ini di mode Vivid, konsumsi daya TV turun ke sekitar 95 – 115 Watt.

Setting ini secara standar aktif di mode Energy Saving, tapi tidak aktif di mode-mode lain. Jadi, sebenarnya kita tidak perlu mengubah TV ke mode Energy Saving bila ingin menghemat daya selama menggunakan TV. Tetap saja di preset yang disukai, lalu aktifkan Dynamic Backlight.
Berdasarkan pengamatan kami, tidak terasa adanya penurunan kualitas tampilan yang drastis saat opsi ini diaktifkan.
- Spesifikasi dan Desain, Penggunaan TV
- Pengalaman Pemakaian, Konsumsi Daya
- Harga, Penutup