Survei Symantec: Terjadi Perbedaan Antara Tujuan dan Realitas Proyek Cloud Computing
Symantec hari ini mengumumkan hasil-hasil temuan mereka mengenai survei Virtualization and Evolution to The Cloud 2011. Menurut hasil dari penelitian tersebut, ternyata terdapat beberapa kesenjangan (gap) antara ekspektasi dan kenyataan dalam mengungkap evolusi pasar.
Saat ini, dari 3700 perusahaan di dunia yang disurvei oleh Symantec, 81% hingga 84% perusahaan tersebut sudah mendiskusikan masalah adopsi cloud computing. Dari beberapa model cloud computing yang ada, menurut hasil penelitian, virtualisasi desktop/endpoint dianggap yang paling mature. Hasil penelitian tersebut menyebutkan 40% responden mengganggap virtualisasi ini yang paling mature. Nilai terendah didapat Private Storage-as-a-Service, yaitu sebesar 34%.
Symantec juga menanyakan kepada para responden yang telah mengimplementasi cloud computing, apakah hasil yang mereka inginkan dan kenyataan yang diperoleh di lapangan. Ternyata terjadi beberapa kesenjangan (gap) di antara ke-duanya. Data-data yang diperoleh akan dipaparkan di bawah ini.

Dari segi virtualisasi server, kesenjangan terbesar di dapat dari masalah uptime (11%), kemampuan mengadaptasi teknologi baru secepat mungkin (10%), dan agility (15%). Besar rata-rata kesenjangan antara hasil yang ingin dicapai dengan kenyataan adalah 6%.
Dari segi virtualisasi storage, kesenjangan terbesar terdapat dari agility (25%), scalability (45%), dan kemampuan mengadaptasi teknologi baru secepat mungkin (35%). Besar rata-rata kesenjangan di antaranya adalah 28%.
Sisi virtualisasi endpoint/desktop merupakan yang terbaik, menurut para responden. Segi ini tidak memiliki kesenjangan sama sekali. Harapan mereka terhadap dukungan desktop virtual dan kemampuan kompatibilitas aplikasi meningkat dari yang mereka duga.
Private storage-as-a-service memiliki nilai rata-rata yang sama dengan virtualisasi storage, yaitu 28%. Di antaranya disumbang dari keinginan mengurangi kompleksitas (47%) dan waktu untuk mendapatkan sumber daya baru (24%).
Hybrid/Private cloud computing mengalami kekecawaan paling tinggi, yaitu 36%. Nilai tersebut disumbang dari scalability (54%), mengurangi capex (54%), dan alokasi biaya komputas (46%).


















