Buyer’s Guide Kamera Hybrid
Kamera Hybrid
Image Quality: Med-High, Speed: Med, Flexibility: Med
Tipe kamera ini masih relatif sangat baru. Panasonic G1, tipe pertama dalam kelas ini, diluncurkan akhir 2008, hanya sekitar 25 bulan lalu. Pada saat itu, DSLR masih mengharuskan pengguna mengintip dari viewfinder dan berukuran besar. Panasonic G1 menghilangkan viewfinder optik, menghilangkan cermin di bagian dalam, dan secara otomatis memperkecil ukuran kamera. Cara kerja kamera ini tidak berbeda dengan kamera compact DSLR-like. Namun bedanya, lensa kamera ini dapat dilepas-pasang.
Feature yang perlu diperhatikan pada kelas kamera ini:
- Pilihan Lensa
Semua kamera dalam kelas ini diluncurkan dengan standard lensa baru, karena itu kompatibilitas dan ketersediaan lensa adalah salah satu faktor utama. Konsorsium Micro Four-Thirds (MFT) yang dikembangkan oleh Olympus dan Panasonic dapat dikatakan memiliki pilihan paling luas karena mereka yang pertama hadir di kelas ini. Pilihan lensa MFT tersedia dari 7mm (14mm FOV) sampai 300mm (600mm FOV). Juga tersedia lensa ultrazoom Olympus 14-150mm (28-300mm FOV) dan Panasonic 14-140mm (28-280mm FOV). Ketiga merek lain masih memiliki pilihan lensa yang sangat sedikit, sehingga sebaiknya pastikan apakah lensa yang tersedia di pasar akan memadai untuk kebutuhan Anda. Perlu diingat bahwa untuk penggunaan video, dibutuhkan lensa yang lebih senyap. Karena itu, sebelum membeli cek dahulu apakah suara motor dari lensa masuk ke dalam perekaman video. - Peredam Getar
Peredam getar sangat penting untuk foto dan video. Untungnya, feature ini sudah tersedia pada semua tipe kamera hybrid. Namun, masih ada catatan khusus. Panasonic, Samsung dan Sony memilih untuk menerapkan peredaman getar pada lensa. Sistem ini memastikan sensor lebih dingin untuk penggunaan terus-menerus, seperti perekaman video. Namun, tidak semua lensa yang diproduksi kedua produsen ini dilengkapi dengan peredam getar. Sebaliknya, Olympus memilih peredaman getar pada sensor. Ini berarti peredam getar dapat diaktifkan terlepas dari tipe lensa yang dipasang. - Layar Kamera
Karena ukuran yang kecil, kebanyakan kamera hybrid tidak dilengkapi viewfinder. Karena itu, layar LCD menjadi fasilitas utama untuk segala pengoperasian kamera. Tak muluk-muluk tentunya jika kami mengharapkan kualitas tertinggi pada layar ini. Resolusi tinggi 640×480 pixel dapat ditemui pada Samsung NX dan Sony NEX. Samsung memilih AMOLED sementara Sony memilih LCD konvensional tetapi keduanya sama cerahnya. Sony sedikit lebih unggul karena layarnya adalah tipe flip-out. Keempat kamera Panasonic juga layak dipuji. Resolusi layar Panasonic sedikit lebih rendah dari kedua produsen di atas, tetapi layar tersebut adalah tipe touch-sensitive. - Hot Shoe & Pilihan Aksesoris
Dengan sistem lensa interchangeable, kamera hybrid cukup menarik sebagai start-up kamera untuk pembelajaran fotografi. Karena itu, tak salah untuk meneliti lebih lanjut kompatibilitas aksesoris. Sony NEX mungkin adalah yang paling terbelakang dalam list ini karena tidak dilengkapi dengan hotshoe konvensional sehingga tidak banyak aksesoris yang kompatibel dengannya. Keempat merek lain memiliki pilihan aksesoris yang beragam, tetapi hanya Olympus yang memiliki flash dengan ketersediaan baik di toko-toko.
Saat ini, pilihan tipe yang tersedia sudah lebih banyak dari tahun 2008, meskipun tetap masih sangat sedikit. Karena hanya 5 produsen yang memproduksi kamera tipe ini, kami akan menjabarkan kelas kamera ini per produsen.
Olympus
Tipe terkini Olympus adalah Pen E-P2 dan Pen E-PL1. Keduanya hampir tak berbeda kecuali pada materi casing dan built-in flash yang tersedia. Mungkin mengejutkan bahwa tipe yang lebih terjangkau, yaitu E-PL1, justru memiliki lebih banyak feature. Namun bentuk kamera ini memang kurang menarik jika dibandingkan E-P2.
Berbeda dengan lini DSLR Olympus, lini kamera hybrid-nya dinamakan Micro Four-Thirds (MFT). Berkat kolaborasinya dengan Panasonic dalam pengembangan standar kamera ini dan kompatibilitasnya dengan berbagai aksesoris DSLR Olympus, dapat dibilang bahwa MFT Olympus merupakan kamera hybrid paling menarik saat ini. Selain itu, E-PL1 juga merupakan satu-satunya kamera dalam kelas ini yang dihargai di bawah 6 juta rupiah di pasaran.
Performa E-P2 dan E-PL1 termasuk baik. Kedua kamera ini memiliki respon autofokus yang cukup cepat dan kualitas gambar baik di ISO tinggi. Keduanya juga dilengkapi dengan peredam getar pada sensor dan hot-shoe. Pada hot-shoe, Anda dapat memasangkan beragam aksesoris khusus MFT, seperti viewfinder atau mic. Hot-shoe juga kompatibel penuh dengan seluruh flash Olympus.
Kesimpulan: E-P2 bagus, tetapi tidak memberikan value yang baik dibandingkan harga jualnya. Sebaliknya, dengan dana 6 juta rupiah, Olympus E-PL1 dapat memberikan lebih banyak feature daripada DSLR yang senilai. Tidak ada salahnya mencoba kamera ini jika harganya masuk dalam rentang budget Anda. Namun, perlu diingat bahwa kedua kamera ini sudah berumur 1 tahun. Sangat mungkin di pertengahan 2011 nanti, Olympus akan meluncurkan tipe terbaru dalam lini MFT-nya.
Panasonic
Tahun ini, Panasonic meluncurkan empat tipe kamera MFT dan menurut pendapat pribadi kami, keempatnya layak masuk dalam posisi 5 besar di kelas kamera hybrid. Namun, yang paling menarik adalah dua kamera terkini, Lumix GH2 dan Lumix GF2. Kedua kamera ini membanggakan perekaman video Full HD (1920x1080pixel) dan layar touch screen dalam ukuran kamera yang benar-benar berbeda. GH2 lebih besar dan memiliki lebih banyak feature. Kamera ini juga menggunakan sensor baru 16 megapixel, berbeda dengan Lumix G lain yang masih 12 megapixel.
Panasonic GF2 adalah pengembangan lebih lanjut dari GF1 yang sangat populer. Dengan memindahkan banyak fungsi tombol ke layar sentuh, Panasonic dapat lebih jauh memperkecil ukuran kamera. GF2 kini adalah kamera hybrid kedua paling mungil, hanya sedikit lebih besar dari Sony NEX-5. Performa GF2 juga sangat baik, salah satu yang tercepat di kelas kamera hybrid.
Panasonic G2 dan G10 yang diluncurkan awal 2010 sangat serupa dari bentuk maupun feature. Keduanya hanya berbeda pada feature layar. G2 dilengkapi layar sentuh yang dapat diputar, sementara G10 hanya dilengkapi layar biasa. Keduanya hanya dapat merekam video HD (1280×1080 pixel) dengan mic built-in mono, sementara GF2 dan GH2 dilengkapi mic stereo. Namun, selain perbedaan feature video, G2/G10 memiliki feature foto yang nyaris sama dengan GH2/GF2.
Kesimpulan: Panasonic GF2 adalah kamera paling menarik dari keempat Lumix G terkini. Ukuran GF2 sangat kecil, dilengkapi layar touch screen, dengan feature foto dan video yang sangat baik. Namun, GF2 baru tersedia di pasaran Januari 2011 nanti. Harganya pun masih belum diumumkan. Jika Anda mencari kamera ukuran medium, salah satu dari ketiga Lumix G yang lain adalah pilihan terbaik saat ini. Sesuaikan saja dengan dana Anda.
Ricoh
November 2009 Ricoh memperkenalkan GXR, kamera modular yang unik. Pada Ricoh GXR, Anda tidak hanya dapat mengganti lensa, tetapi juga sensor kamera. Konsep GXR memisahkan bodi kamera, yang terdiri dari layar dan grip, dengan modul imaging, yang terdiri dari kesatuan sensor dan lensa. Berkat sistem modular ini, ukuran sensor dapat disesuaikan dengan spesifikasi lensa. Selain itu, menggantinya jauh lebih mudah dan lebih aman dari debu. Tipe terkini adalah modul P10 dengan lensa 28-300mm dan modul A12 dengan lensa 28mm f/2,5.
Kesimpulan: Inovasi Ricoh perlu dikagumi, Ricoh GXR adalah sebuah kamera unik yang menyelesaikan banyak masalah dalam sistem kamera hybrid. Namun, harga yang tinggi serta distribusi yang kurang baik menjadikan Ricoh GXR tidak menarik.