Sorcerer’s Apprentice: Dunia Membutuhkan Pewaris Merlin
From Goethe to Disney to Bruckheimer. Itulah riwayat perjalanan Sorcerer’s Apprentice sejak kemunculannya pertama kali pada tahun 1797 melalui tangan seniman besar Jerman, Johann Wolfgang von Goethe. Sorcerer’s Apprentice (judul asli: Der Zauberlehrling) merupakan sebuah balada yang terdiri atas 14 stanza. Tahun 1940, syair ini diadaptasi oleh Disney, diubah menjadi sebuah cerita bergambar dan dimasukkan ke dalam salah satu adegan dalam feature-animated tanpa dialog, Fantasia. Kepopuleran adegan tersebut membuat Disney akhirnya menyertakannya kembali ke dalam sekuel Fantasia 2000. Sebagian besar dari Anda seharusnya tidak lupa dengan film Disney yang satu ini. Di dalam film tersebut, terdapat adegan Mickey Mouse “bermain-main”dengan topi sihir dan menyihir seluruh sapu untuk mengangkut air ke dalam bak mandinya. Sialnya, sapu-sapu tersebut tidak hanya mengisi bak mandinya, namun mengisi semua ember yang ada sehingga menimbulkan kerusakan besar. Ia tidak berhasil menyihir sapu-sapu tersebut ke kondisi semula, sampai akhirnya the real sorcerer datang dan membereskan kepanikan tersebut. Nah, perjalanan panjang syair yang bermetamorfosis menjadi animasi musikal tersebut akhirnya bermuara ke tangan Bruckheimer menjadi sebuah all-new-life-adventure movie. Di review kali ini, saya tidak akan membahas mengenai potongan adegan tersebut, saya akan membahas mengenai keseluruhan film terbaru Bruckheimer, Sorcerer’s Apprentice.
Dalam Sorcerer’s Apprentice versi Bruckheimer, tentu saja tidak ada Mickey Mouse. Peran tersebut digantikan oleh Jay Baruchel yang berperan sebagai Dave Stutler, seorang mahasiswa nerd penggila fisika. Setelah mencari selama berabad-abad, Balthazar Blake (Nicolas Cage) akhirnya menemukan The Prime Merlinean, penerus Merlin, di diri Stutler. Hanya The Prime Merlinean-lah yang dapat menghancurkan penyihir jahat Morgana (Teresa Palmer) yang terkurung di dalam grimhold. Misi Blake tidak hanya sampai di situ saja. Ia menghadapi tantangan besar ketika mengetahui bahwa mendidik Stutler bukanlah hal yang mudah. Ia sedang tidak berhadapan dengan seorang remaja berbakat yang dapat belajar sihir hanya dalam hitungan hari. Apalagi, ia juga harus menghadapi Maxim Horvath (Alfred Molina), pengikut setia Morgana yang berusaha merebut grimhold dari Blake untuk membebaskan Morgana agar dapat menguasai dunia. Hanya sang sorcerer’s apprentice-lah yang dapat menghentikan semua itu dan menyelamatkan dunia.
Bukan The Best of Bruckheimer
Apa yang dimiliki oleh film ini? Ada sang petualang Nicolas Cage, komedian pendatang baru Jay Baruchel, si seksi Monica Bellucci, sosok jenius Jerry Bruckheimer, dan deretan nama yang telah melanglang buana di dunia industri film Hollywood. Ini seharusnya menjadi salah satu film terbaik Bruckheimer. Namun, saya pribadi tidak melihat film ini sebagai salah satu film yang akan berhasil menyaingi Inception (atau bahkan Despicable Me dan Toy Story 3). Di samping plot yang amat-sangat mudah ditebak, penampilan Cage dan Baruchel dapat dikatakan mengecewakan. Cage seakan tidak menyatu dengan karakter yang diperankannya dan lebih mirip seperti “the next Renegade” (penampilannya dengan rambut sebahu-dengan-kesan-berantakan mengingatkan saya akan karakter bertubuh atletis tersebut. Untungnya, Cage tidak menggunakan rompi dan celana jeans). Mungkin Cage berhasil menjadi seorang kriptologis yang menemukan harta karun di bawah sebuah gereja atau seorang ilmuwan yang berhasil memecahkan kode yang merujuk kepada kehancuran dunia, tapi, dia bukanlah seorang penyihir yang andal. Sepertinya, keberhasilan Bruckheimer-Turteltaub-Cage di National Treasure (2004, 2007) tidak akan terulang di film ini.
Lalu, bagaimana dengan Baruchel, sang pengisi suara karakter Hiccup dalam How to Train Your Dragon? (2010)? Satu hal yang saya perhatikan, suara Baruchel yang terlalu over-nasal cukup mengganggu pendengaran saya selama menyaksikan film ini. Aktingnya pun tidak dapat dikatakan outstanding, walaupun peran yang dimainkannya tidak lebih sulit dari karakter Dave Lizewski/Kick Ass yang diperankan Aaron Johnson. Tapi, ini masih dapat dimaklumi mengingat jam terbang Baruchel yang masih sedikit dibandingkan lawan main lainnya di film ini.
Namun, saya sangat kagum dengan permainan efek di film ini. Tak salah jika Bruckheimer memboyong John Nelson (The Matrix Reloaded dan The Matrix Revolution, Gladiator, Iron Man) dan John Frazier (Armageddon, Pearl Harbour, Spiderman I dan II, Transformers, dan Pirates of the Caribbean: at the World’s End) untuk membuat sebuah film yang tidak hanya penuh dengan imajinasi, namun juga penuh dengan kecanggihan teknologi. Ingatkah Anda dengan ciri khas Bruckheimer? Ya! Car chase! Adegan tersebut tidak lupa disertakan di film ini dan merupakan salah satu adegan terbaik selain adegan Sorcerer’s Apprentice karya Goethe yang diselipkan di film ini.
Film ini memang tidak seperti masterpiece Bruckheimer sebelumnya. Film ini juga bukan film yang akan Anda ingat selama beberapa tahun ke depan. Namun, film ini tetap memiliki entertainment value yang dapat menghibur Anda yang hobi menonton film imajinatif yang digarap dengan teknologi canggih.
Tanggal rilis: 16 Juli 2010 (USA)
Genre: action-comedy, adventure
Durasi: 140 menit
Sutradara: John Turteltaub
Produser: Jerry Bruckheimer
Pemain: Nicolas Cage, Jay Baruchel, Alfred Molina, Teresa Palmer, Monica Bellucci, Toby Kebbell, Alice Maud Krige
Studio: Walt Disney Pictures